MAKALAH TUBERKULOSIS
PENDAHULUAN
a. Latar
belakang
Tuberculosis adalah suatu penyakit
menular yang paling sering (80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu
basil gram positif tahan asam dengan pertumbuhan sangat lamban, yakni
Mycobacterium tubercolusis (dr. Robert Koch, 1882)
Penyakit TBC tersebar di seluruh dunia,
dengan sepertiganya telah terinfeksi, di samping banyak kasus baru (insidensi)
kurang lebih 8 juta per tahun dengan angka kematian meningkat 2-3 juta manusia
per tahun. Dilaporkan bahwa diseluruh dunia setiap 18 detik ada seseorang yang
meninggal karena penyakit ini. TBC merupakan penyakit infek yang paling
mematikan dan penyebab kematin nomor dua akibat penyakit infeksi tunggal,
setelah penyakit jantung.
Prevalensinya sangat besar di
Negara-negara Asia dan Afrika, yang 60-80% dari anak-anak dibawah usia 14 tahun
sudah terinfeksi. Di egara-negra berkembang pada umumnya, infeksi timbu pada
masa kanak-kanak. Di Indonesi dengan prevalensi TBC positif 0,22% (laporan WHO
1998), penyakit ini merupakan penyakit rakyat penting yang tiap tahun mengambil
banyak korban. Jumlah penderita di Indonesia menduduki peringkat ketiga
terbesar setelah India dan Cina, dengan angka kematian sebesar 175.000 per
tahun dan kasus baru 450 per tahun (berita Depkes RI). Menurut WHO di Indonesia
setiap 4 menit satu orang meninggal akibat TBC.
1.
Definisi
Tuberculosis (TB) penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang mampu menginfeksi secara laten
ataupun progresif
2.
Etiology
·
Herediter: resistensi seorang terhadap
infeksi secara genetic
·
Jenis kelamin: laki-laki lebih rentan
terhadap TB
·
Usia: pada bayi kemungkinan infeksi
tinggi
·
Meningkatnya skresi steroid adrenal yang
menekan reaksi inflamasi
·
Status nutrisi
3.
Manifestasi klinik
·
Dahak berdarah
·
Batuk darah
·
Sesak napas
·
Nyeri dada
·
Badan lemah
4.
Cara penularan
M. tuberculosis di transmisikan dari
orang melalui batuk dan bersin. Kontak yang terlalu dekat dengan penderita TB
akan memperbesar kemungkinan penularan
5.
Patofosiologi
Infeksi primer diinisiasi oleh
implantasi organisme di alveolar melalui doplet nuklei yang sangat kecil
(1-5mm) untuk menghindari sel epithelial siliari dari saluran pernafasan atas.
Bila terinplantasi M. tuberculosis melalui saluran nafas, mikroorganisme akan
membelah diri dan dicerna oleh makrofak pulmoner, dimana pembelahan diri akan
terus berlangsung walaupun lebih pelan. Nekrosis jaringan dan klasifikasi pada
daerah yang terinfeksi dan nodus limfe regional dapat terjadi, menghasilkan
pembentukan radiodense area menjadi kompleks Ghon.
Makrofag yang teratikvasi dalam jumlah
besar akan mengelilingi daerah yang ditumbuhi M. tuberculosis yang padat
seperti keju sabagai bagian dari imunitas yang dimediasi oleh sel.
Hipersensitivitas tipe tertunda juga berkmbang melalui aktivasi dan perbanyakan
limfosit T. mkrofak membentuk granuloma yang mengandung organism.Biasanya penyebaran
organisme melalui darah menyebabkan pertumbuhan cepat, penyebaran penyakit
secara luas dan pembentukan granuloma yang dikenal sebagai tuberculosis
miliari.
6.
Kategori penyakit tuberculosis
a.
Kategori 1
·
Pasien baru TB paru BTA positif
·
Pasien TB paru BTA negative foto toraks
positif
·
Pasien TB ekstra paru
b.
Kategori 2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA
positif yang telah diobati sebelumnya :
·
Pasien kambuh
·
Pasien gagal
·
Pasien dengan pengobatan terputus.
7.
Farmako Terapi
Tuberkulosis (TBC) dapat menyerang
berbagai organ tubuh tetapi yang akan dibahas adalah obat TBC untuk paru-paru.
Tujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan
mencegah kambuh. Idealnya pengobatan dengan obat TBC dapat menghasilkan pemeriksaan
sputum negatif baik pada uji dahak maupun biakan kuman dan hasil ini tetap
negatif selamanya
Dengan
strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). Terdiri dari 5
komponen :
·
Komitmen politis
·
Pemeriksaan dahak mikroskopik
·
Pengobatan jangka pendek dan Pengawasan
langsung pengobatan
·
Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu
·
Sistem pencatatan penilaian hasil
pengobatan
Strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Short-course) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan
secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun
2001, 98% dari populasi penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas.
Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka pendek
oleh pengawas pengobatan" setiap hari.
Obat
yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
•
Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid.
Memperlihatkan
efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian
besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
•
Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin.
Meskipun demikian, pengobatan TBC
paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH, rifampisin dan
pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau
lebih obat TBC primer ini. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap
OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs
Resistant). Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard
pengobatan TBC yaitu obat fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin,
levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada
anak dalam masa pertumbuhan).
Nama-nama
obat anti TB:
1.
ISONIAZID (INH)= H
Indikasi
:tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain ; profilaksis
Kontraindikasi:penyakit
hati yang aktif,; hipersensitivitas terhadap isoniazid
Peringatan
: gangguan fungsi hati (uji fungsi hati), gangguan fungsi ginjal, Resiko efek
samping meningkat pada asetilator lambat; epilepsy;riwayat psikokis;
alkoholisme; khamilan dan menyusui, porfiria.
Efek
samping : mual, muntah, neuritis perifer, neuritis optic, kejang, episode
psikokis, reaksi hipersensitivitas seperti eritema multiforme,demam, purpura,
agranulositosis, hepatitis, sindrom SLE, pellagra, hiperglikemia dan
glinekomastia
Sediaan beredar: INH Generik,
Beniazide pembangunan, Decadoxin hersen, INH CIBA, Novartis Indonesia, Inoxin
Forte Dexa Medika, pehadoxin phapros, pulmolin pharos, pyravit I.N.P yupharin,
phyrofort medifarma, suprazid armoxindo.
2.
RIFAMPISIN=R
Indikasi
: bruselosis, legionelosis, infeksi berat stafilokokus dalam kombinasi dengan
obat lain, tuberculosis, lepra
Kontraindikasi
: penyakit hati aktif
Peringatan
: kurangi dosis pada gangguan fungsi hati, lakukan pemeriksaan uji fungsi hati
dan hitung sel darah pada pengobatan jangka panjang,gangguan fungsi ginjal
(jika dosis lebih dari 600 mg/ hari), kehamilan dan menyusui.
Efek
samping : gangguan saluran cerna meliputi mual, muntah, anoreksia, diare,kolaps
dan syok, anemia hemolitik, anemia, gagal ginjal akut, gangguan fungsi hati,
udem, kelemahan otot, kemerahan pada urin, saliva dan cairan tubuh lainnya.
Sediaan
beredar : Rifampisin Generik, Kombipak generic, Ipirit tempo, Kalfiram
Kalbefarma, RIF Armoxindo, Rifabiotik,Rifacin prafa, Rifam dexa Medica, Rifamec
mecosin, Rifampin pharos, Rifamtibi Sanbe, Rimactane Novartis Indonesia,
Rimactazid Norvatis Indonesia.
3.
PIRAZINAMID=Z
Indikasi
: tuberculosis dalam kombinasi denan obat lain
Kontraindikasi
: gangguan fungsi hati berat, porfiria, hipersensitivitas terhadap pirazinamid
Peringatan
; gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, diabetes, gout
Efek
samping : hepatotoksisitas, termasuk demam anoreksia, hepatomegali, ikterus,
gagal hati, mul, muntah
Sediaan
beredar: Pirazinamid generik, Corsazinamide corsa, peseta norvetis Indonsia,
sanazed sanbe, Tibicel pembangunan.
4.
ETAMBUTOL=E
Indikasi
: tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain
Kontraindikasi:
anak dibawah 6 tahun, neuritis optik, gangguan visual
Peringatan
: turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal, usia lanjut, kehamilan, ingatkan
pasien untuk melaporkan gangguan pnglihatan
Efek
samping : neuritis optik, buta warna merah/ hijau, neuritis perifer
Sediaan
beredar: Etmbutol generic, Arsitam meprofarm, Bacbutol Armoxindo, Bacbut inh
Armoxindo, Corsabutol corsa, Decanbutol Harsen, Dexabutol dexa Medica, Etibi
pembangunan, Intam 6 Rhone poulenc Indonesia, kalbutol Kalbe Farma, MycotamINH
Medifarm, Ottobutol otto, Primbutol pharos, Santibi sanbe, Tibigon Dankos.
5.
Streptomisin ( aminoglikosida)
Indikasi
: tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain
Kontraindikasi
: kehamilan, miastenia gravis
Peringatan
: gangguan fungsi ginjal, bayi dan usia lanjut, hindari penggunaan jangka
panjang, pada kehamilan Streptomisin bersifat permanen ototoxic dan dapat
menembus barier plasenta
Efek
samping : gangguan vestibuler dan pendengaran, nefrotoksisitas, hipomagnesemia
pada pemberian jangka panjang kolitis karena antibiotik
Sediaan
beredar: streptomisina sulfat generik, streptomysin sulphate meiji, Meiji
Indonesia
Dosis
obat antituberkulosis (OAT)
Obat
Dosis harian
(mg/kgbb/hari)
Dosis 2x/minggu
(mg/kgbb/hari)
Dosis 3x/minggu
(mg/kgbb/hari)
INH
5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)
Rifampisin
10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)
Pirazinamid
15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)
Etambutol
15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)
Streptomisin
15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)
Interaksi
obat anti tuberkulosis
Obat
A Obat B Efek yang terjadi
Isoniazid
Rifampisin Terjadi peningkatan hepatotoksisitas, jika terjadi perubahan fungsi
hati hentikan salah satu atau keduanya
Rifampisin
Kortikostiroid Efk kortikostiroid menurun setelah beberapa hari menggunakan
rimfapisin dan efek meningkat lagi setelah dihentikan 2-3 minggu, hindari
penggunaan bersama
Pirazinamid
Testurin Pirazinamid mempengaruhi acetest dan ketostick test pada urin,
membentuk warna merah muda-coklat
Rifampisin
Analgetik nekritik Pasien dapat mengalami putus obat. Rifampisin menstimulasi
metabolisme metadon
Akibat
kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya implementasi
strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT akan
menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs Resistant).
Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC
yaitu obat fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin
(hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa
pertumbuhan).
Pengobatan
TBC pada anak
Adapun
dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:
1.
2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH
+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan
Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
2.
2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama,
kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan
(ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
Pengobatan
TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal
perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.
Dosis
anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:
TB
tidak berat
INH
: 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin
: 10 mg/kgbb/hari
TB
berat (milier dan meningitis TBC)
INH
: 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin
: 15 mg/kgbb/hari
Dosis
prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
Hindari
pemberian Etambutol pada anak, karena Etambutol bisa menyebabkan kebutaan pada
anak.
8.
Perbaikan Status Gizi pasien TBC
•
GAMBARAN UMUM
Diet
tinggi kalori tinggi protein (TKTP) adalah diet yang mengandung energi dan
protein di atas kebutuhan normal. Diet di berikan dalam bentuk makanan biasa di
tambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu,telur dan daging,atau
dalam bentuk minuman enternal energi tinggi protein tinggi. Diet ini di berikan
bila pasien telah mempunyai cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan
lengkap
•
TUJUAN DIET
Tujuan
diet energi tinggi protein tinggi adalah untuk :
·
Memenuhi kebutuhan energi dan protein
yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
·
Menambah berat badan sehingga mencapai
berat badan normal.
•
SYARAT DIET
Syarat-syarat
diet enrgi tinggi protein tinggi adalah:
·
Energi tinggi,yaitu 40-45 kkal/KG BB
·
Protein tinggi yaitu 2,0-2,5gram/kg BB
·
Lemak cukup,yaitu 10-25 % dari kebutuhan
energi total.
·
Karbohidrat cukup,yaitu sisa dari
kebutuhan energi total.
·
Vitamin dan mineral cukup,sesuai
kebutuhan normal.
·
Makanan di berikan dalam bentuk mudah
cerna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar