Minggu, 03 Juni 2012

Dosis ganda


I.     Formula Asli                    :  Dypenhidramin HCl Injection
II.     Master Formula
    Nama Produk                 :  Cedramin ® Injection
    Jumlah Produk              :  5 Vial @ 10 ml
    No. REG                           :  DKL 1002100844 A1
    No. Batch                         :  K 250511
            Tiap 10 ml mengandung
            Dypenhidramin HCl                      50 mg
            Na. Benzoat                                      0,5 %
            Water For Injection       ad              10 ml

    
Pabrik
PT. C-OKTA FARMA
Nama Produk
Cedramin ® Injection
Tanggal Produksi
25-05-2011
Master Formula
Cedramin ® Injection
Di Buat
C8
Disetujui
Balai POM
Kode Bahan
Nama Bahan
Per Dosis
Per Batch
001 – D
002 – NB
003 – Wl
Dypenhidramin HCl
Na. Benzoat
Water for Injection
75 mg
52,5 mg
ad 10,5 ml
375 gram
262,5 mg
ad 50,5 ml

III.     Alasan Penambahan Bahan
1.    Dypenhidramin HCl
a.    Menurut RPS 18  th, Hal. 112
Dosis untuk intravena atau intramuscular adalah 10 – 50 mg
b.    Menurut Martindalle, Hal. 453
Dypenhidramin HCl juga diberikan pada alergi keras lewat intramuscular atau intravena lambat injeksi dalam dosis 10 – 50 mg
c.    Menurut FI Edisi IV, Hal.
Injeksi dypenhidramin HCl adalah larutan steril dypenhidramin HCl dalam air untuk injeksi. Mengandung dypenhidramin HCl (C17H2NO.HCl) tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari jumlah yang tertera pada etiket.
2.    Na. Benzoat
a.    Menurut Lachman industri III. Hal. 1300
Zat anti bakteri dalam konsentrasi bakteriostatik harus dimasukkan dalam formulasi produk yang dikemas vial dosis ganda seringkali dimasukkan dalam formulasi yang akan disterilkan dengan proses mengenal atau dibuat secara aseptis.
b.    Menurut Ansel, Hal. 409
USP menginginkan zat-zat yang sesuai dalam sediaan resmi yang digunakan sebagai obat suntik untuk tujuan meningkatkan kestabilan atau kegunaan, asalkan tidak dikurang sesuai yang tercantum dalam manografi masing-masing tidak berbahaya dalam jumlah yang diberikan dan tidak menggangu efek terapi sediaan senyawa penambahan adalah pengawat antimikroba, dapar, penambah kelarutan, antioksidan dan zat-zat pembantu farmasi lainnya.
Persyaratan USP adalah suatu atau lebih senyawa sesuai yang ditambahkan keproduk parenteral yang dikemas dalam wadah dosis ganda untuk mecegah pertambahan mikroba tanpa mengindahkan cara sterilisasi yang digunakan.
c.    Menurut Prescription Pharmacy, Hal. 370
Methyl pareben dan propil paraben digunakan untuk penempatkan formulasi farmasetik sebagai antimikroba.
d.    Menurut Parrot, Hal. 228
Untuk pengemasan sediaan injeksi dosis ganda vial, perlu ditambahkan pengawet secukupnya untuk membunuh dan mencegah pertumbuhan beberapa mikoorganisme untuk jenis iobarutanol, cresol dan pherol konsentrasi yang digunakan 0,5 %
e.    Menurut Sediaan Farmasi Steril, Hal.
Salah satu hal yang perlu ditambahkan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan obat suntik adalah bahan yang ditambahkan sebagai zat bakteriosida atau menghambat pertumbuhan bakteri dalam larutan obat suntik.
Bahan antimikroba yang sering digunakan dalam sediaan parenteral yaitu benzlkonium klorida (0,01%), chlorobutanol (0,25-0,5%).
3.    Aqua Pro Injection
a.    Menurut Lacham III, Hal. 1294
Sejauh ini pembawa yang paling sering digunakan untuk produk steril adalah air karena air merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh keunggulan kualitas yang disyaratkan untuk penggunaan tersebut diuraikan dalam monografi tentang air (water fro injection, USP).
b.    Menurut Ansel, Hal. 406
Pelarut yang paling sering digunakan pada pembuatan obat suntik secara besar-besaran adalah air untuk obat suntik (water for injection, USP) air ini dimurnikan dengan cara penyulingan atau osmosis terbalik (revense osomosis) dan memenuhi standar yang sama dengan purifeid water, water for injection, USP dan tidak boleh disyaratkan steril tetapi bebas pirogen.
c.    Menurut Parrot, Hal. 284
Water for injection, USP digunakan persterilisasian setelah mencampurkan semua yang terkandung water for injection disimpan pada suhu kira-kira diatas pertumbuahan bakteri. Air tersebut tidak mengandung pirogen (penghasil demam) dan produk metabolitnya menimbulkan mikoorganisme.
d.    Menurut Sediaan Farmasi Steril, Hal. 86
Air merupakan pelarut dan pembawa yang paling banyak digunakan pada pembuat sediaan obat suntik. Menurut beberapa farmakope secara khusus menguraikan tentang air sebagai pelarut dan pembawa untuk sediaan obat suntik.
“AQUA PRO INJECTION” pada umumnya adalah air suling meskipun ada beberapa farmakope menggunakan air yang suling dua kali (AQUA DESTILLATA) pada pembuatan obat suntik.












IV.     Uraian Bahan
1.     Dypenhidramin HCl
       Nama Resmi               :    DYPENHIDRAMIN HYDROCHLORIDUM
       Nama Lain                  :    Dypenhidramin HCl
       Rumus Molekul         :    C17H21NO. HCl
       Berat Molekul             :    291,82
       Pemerian                    : Serbuk hablur putih, berbau, jika terkena cahaya perlahan-lahan warnya menjadi gelap. Larutannya praktis Netral terhadap kertas lakmus P.
       Rumus Bangun         :                                H
                                                                              C – O – CH2 H (CH2) + HCl  


 


       Kelarutan                    :    Mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam kloroform P, agak sukar larut dalam Bezen dan dalam eter
       Penyimpanan            :    Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
(FI Edisi III, Hal. 228)
       K/P                               :    Antihistamin
       Dosis                            :    Sekali 100 mg / Sehari 250 mg
       Dosis Injeksi               :    10 – 50 mg
(RPS, Hal. 1126)
       Incomp.                        :    Dypenhidramin HCl (Ben edryl HCl) lambat laun menjadi gelap mudah larut dalam air, dalam alkohol dan dalam larutan netral. Akan mengendap dengan alkali dan incom dengan ion clorida.
(Scoville’s, Hal. 500)
                                                  Telah dilaporkan incom dengan ampotenisin, Na. Cepalotin, Na. Hidrokartison suksinar, sedikit laruatan barbiturat, beberapa tempat yang tidak cocok dalam laruatan asam dan basa.
(Martindalle, Hal. 452)
2.     Na. Benzoat
       Monografi
       Nama Resmi               :    NATRII BENZOAT
       Nama Lain                  :    sodium benzoat, benzoat fo soda, sodium benzoat acid
       Rumus Molekul         :    C7H5NO2
       Pemerian                    :    Granul putih, atau cristalme, bersifat higroskopik dalam bentuk serbuknya, tidak berbau atau memiliki bau seperti benzoatnya, memiliki rasa yang tidak manis dan rasa saile
       Sifat Fisika Kimia
       Stabilitas                     :    Larutan berairnya mungkin harus disterilisasi dengan autoclaf atau filtrasi
       pH                                 :    8,0
       Osmolalitas                 :    2,25% w/v aquadest solukan 150 – osmotik
       Kelarutan                    :    Larut dalam 18 bagian air, larut dalam 1,4 bagaian air pada suhu 100 ­oC
       K/P                               :    Antimikroba presevative
(Excipient, Hal. 603)
       Incomp.                        :    Incomp dengan komponen guarter, gelatin, garam feri, garam kalsium dan garam dari heavy metalis termasuk silver, leab dan menty. Activitas preservative mungkin jarang jika berinteraksi dengan kaolin ataupun sufaktan non ionik.
(Excipient, Hal. 603)
3.     Aqua pro injection
       Nama Resmi               :    AQUA PRO INJECTION
       Nama Lain                  :    Aqua pro injeksi
       Rumus Molekul         :    H2O
       Berat Molekul             :    18,02
       Pemerian                    :    Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
       Wadah                         :    Dalam wadah tertutup kedap, disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak, harus digunakan dalam waktu 30 hari setalah pembuatan
(FI Edisi III, Hal. 97)
       Kestabilan                   :    Stabil secara kimia dalam bentuk fisika bagian dingan cairan uap
(Excipient, Hal. 337)
       Incomp                         :    Bereaksi dengan obat dan bahan tambahan yang mudah terhidrolisis (terurai karena adanya air) atau kelembaban pada suhu tinggi, bereaksi kuat dengan logam alkali
(Excipient, Hal. 338)






V.     Farmakologi
1.    Dypenhidramin HCl
Mekanisme Kerja
             Antagonis terhadap histamin AH, menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermaca-macam otot polos, selain itu AH bermanfaat untuk mengubah reaksi hipersensivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen berlebih dan otot polos (usus bronkus). Bronkokontriksi akibat histamin dapat di hambat oleh AH.
(FATER, Hal. 278)
             Antihistamin (H. Blokers) memblokir reseptor H dengan menyaring histamin pada reseptornya, diotot lisin dan dinding pembuluh dengan saluran cerna kandung kemih dan rahim terhadap efek histamin pada kapiler.
(OOP, Hal. 776)
Farmakokinetik
             Setelah pemberian oral atau parenteral. AH diabsorbsi secara baik efeknya timbul 15 – 30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1 – 2 jam lama kerja AH generasi I setalah pemberian dosis tinggi umumnya 4 – 6 jam. Sedangkan beberapa derivat piperazin setelah meklisir dan hidrosiklin memiliki masa kerja yang lebih panjang, seperti umumnya antihistamin generasi II. Dypenhidramin yang diberikan secara oral dan mencapai kadar maksimum dalam darah setelah kira-kira 2 jam menetap pada kadar tersebut untuk 2 jam berikutnya. Kemudian di eliminasi dari masa paruh kurang lebih 4 jam. Kadar tertinggi terhadap paripan sedangkan pada limfa ginjal otot dan kulit kadarnya lebih rendah
Indikasi
             Antihistamin dengan efek kolinergik antifusif, antirematik dan efek sedatif.
(RPS 18 th, Hal. 1126)













VI.     Perhitungan Bahan
Tiap 10 ml voleme penambahannya untuk larutan 10 ml = 0,5 ml
                    10 ml + 0,5 ml = 10,5 ml
1.    Dypenhidramin
Per vial (10 ml)   = 50 mg
                              = 5 % x 0,5 ml
                              = 5%/100 x 0,5
                              = 0,025 gram
                              = 25 mg
Jadi, 50 mg + 25 mg = 75 mg
Per batch            = 5 x 75 mg = 375 mg

2.    Na. Benzoat 0,5 %
Per vial                = 0,5/100 x 10,5 ml  = 0,0525 gram
                                                                 = 52,5 mg
Per batch            = 5 x 52,5 mg            = 262,5 mg                        

3.    Aqua Pro Injeksi
Per vial ad 10 ml       = 10,5 ml
Per batch ad 50 ml   = 50,5 ml
Karena volume penambahannya 0,5 ml

Perhitungan Catallyne
Gram / 100 ml       = [ F - % b/v . K ] . M’
                                            M              F
Dik ;
                   F                      = 0,031
                   % b/v              = 3 %
BM HCl          = 291,82
Fraksi disosiai dypen.    = 2
                   BM NaCl        = 58,5

Dypenhidramin HCl 500 mg
                   Gram/100 ml = [ (0,031 –   3%    . 2) ] . 58,5
                                                             291,82             2  
                                           = [ 0,031 – 0,034 ] . 29,25
                                           = - 0,08775 (Hipertonis)

Natrium Benzoat
                   Gram/100 ml = [ (0,031 –  0,5%    . 2) ] . 58,5
                                                              144,5               2 
                                           = [ 0,031 – 0,00694 ] . 29,25
                                           = - 0,703

Jadi, Dypenhidramin HCl + Natrium Benzoat
         = - 0,08775 + 0,703



















VII.     Cara Kerja
A.   Sterilisasi alat dan bahan
1.    Cara membebaskan sufaktan tutup karet dengan cara mendidihkan dalam larutan Na. Carbonat 2 % selama 15 menit yang mengandung diterjen seperti dietil, sodium, sulfur suksinat (aerosol) atau sediaan lain sulfaktan
2.    Alat-alat gelas dibebas lemakkan dengan direndam HCl 0,1 N pada suhu 20 oC selama 30 menit lalu dibilas dengan aqua pro injeksi kemudian keringkan
B.   Penimbangan
1.    Dypenhidramin HCl dan Na. Benzoat masing-masing digerus halus
2.    Ditimbang dypenhidramin HCl dan Na. Benzoat
C.   Pencampuran
1.    Dilarutkan Na. Benzoat dengan air ad 2 ml
2.    Dypenhidramin HCl dilarutkan dalam aqua pro injeksi 15 ml lalu ditambahkan Na. Benzoat ad 7,4 (pHnya)
3.    Volumenya dicukupkan dengan aqua pro injeksi ad 10 ml dalam erlenmeyer
D.   Pewadahan
1.    Larutkan injeksi dimasukkan dalam vial menggunakan broot sebanyal 10 ml
2.    Sediaan steril dimasukkan kedalam autoclaf pada suhu 121 oC salam 15 menit
3.    Vial diberi etiket dan dimasukkan kedalam kemasan dan diberi etiket.













VIII.     Etiket
 















IX.     Text Box: Netto 10 ml
CETAMPYRONâ INJECTIONText Box: KOMPOSISI   INJECTION i.m / i.v
Tiap 10 ml mengandung :
Dipenhydramin HCl    100 mg
Zat Tambahan   q.s
Aqua p. I   ad 10 ml
FARMAKOLOGI 
Antagonis terhadap histamine AH2  menghambat histamine pada pembuluh darah bronkus dan bermacam-macam otot polos, selain itu AH bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan cair yang disertai pelepasan histamine endogen berlebihan.
INDIKASI
Antihistamin, Antiemetik, Antivertigo, Antigatal, Rhinitis alergika, Rhinitis vasomotor.
KONTRAINDIKASI
Bayi baru lahir atau premature, wanita hamil dan menyususi.
EFEK SAMPING
Kardiovaskular, Hematologic SSP, gangguan saluran pencernaan, gangguan saluran kencing, mulut kering, hidung dan tenggorokan kering, menggigil, dan banyak berkeringat.
PENYIMPANAN
Simpan ditempat kering dibawah suhu 300 C. tutup wadah rapat-rapat dan hindari pencemaran.
No. Reg   : DKL 1002100844 A1
No. Batch   : K 25052011
 
DIPRODUKSI OLEH
PT. C-OKTA FARMA
MAKASSAR - INDONESIABrosur


 















X.     Kemasan

Daftar Pustaka
Alfoso R.G. 1980. “Rennigton’s Pharmaceutical Science Edisi 18”. Mark Publising Company Eston: Pennyslavania
Ansel. 2007. “The eva Pharmacope ad 23 th The Pharmaceutical Press: London Tiran 1983”. Pharmaceutical Exipient, American Pharmaceutical Ascoctation
Dirjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes RI: Jakarta
.................  1998. “Farmakope Indonesia Edisi IV”. Depkes RI: Jakarta
Ganiswara. C. Sulistyo. 1945. “Farmakope dan Terapi Edisi V”. Depkes RI: Jakarta
Grover. J. Michael. 1985. “Parenteral Techologi Manual”. Intercharm: USA
Haward. C. Ansel. 1989. “Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi”. UI Press: Jakarta
Hoan. Tjay. Tan dan Kirana Rahardja. 2002. “Obat-Obat Penting Edisi V”. Gramedia: Indonesia
Kibble. H. Artilur. 2008. “The Pharmaceutical of Excipient ed. V”. Pennyslvania: USA
Lachman. Leon. 1994. “ Teori dan Praktek Farmasi Industri III”. UI Press: Jakarta
Rahman. Latif dan Natsir Djide. 2009. “ Sediaan Farmasi Steril” UNHAS: Makassar
Rexhold. C.F. James. 1982. “Martindalle 28th”. London
Salyoren. T. Robert. 1971. “Steril Dosage Form”. Greek Britoin Heny. Bampton Published: London
Scoville’s. 1987. “The art of Company ad-9”. The graw all book company: London
Syamsuni. 2005. “Ilmu Resep”. EGC: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar