I.
Formula
Asli : Dypenhidramin
HCl Injection
II.
Master
Formula
Nama
Produk : Cedramin ® Injection
Jumlah
Produk : 5 Vial @ 10 ml
No.
REG : DKL 1002100844 A1
No.
Batch : K 250511
Tiap 10 ml mengandung
Dypenhidramin
HCl 50 mg
Na.
Benzoat 0,5 %
Water
For Injection ad 10 ml
Pabrik
PT.
C-OKTA FARMA
|
Nama Produk
Cedramin ® Injection
|
||
Tanggal
Produksi
25-05-2011
|
Master Formula
Cedramin
® Injection
|
Di Buat
C8
|
Disetujui
Balai
POM
|
Kode Bahan
|
Nama
Bahan
|
Per
Dosis
|
Per Batch
|
001 – D
002 – NB
003 – Wl
|
Dypenhidramin HCl
Na. Benzoat
Water for Injection
|
75 mg
52,5 mg
ad
10,5 ml
|
375 gram
262,5 mg
ad
50,5 ml
|
III.
Alasan
Penambahan Bahan
1.
Dypenhidramin
HCl
a.
Menurut
RPS 18 th, Hal. 112
Dosis
untuk intravena atau intramuscular adalah 10 – 50 mg
b.
Menurut
Martindalle, Hal. 453
Dypenhidramin
HCl juga diberikan pada alergi keras lewat intramuscular atau intravena lambat
injeksi dalam dosis 10 – 50 mg
c.
Menurut
FI Edisi IV, Hal.
Injeksi
dypenhidramin HCl adalah larutan steril dypenhidramin HCl dalam air untuk injeksi.
Mengandung dypenhidramin HCl (C17H2NO.HCl) tidak kurang
dari 90,0 % dan tidak lebih dari jumlah yang tertera pada etiket.
2.
Na.
Benzoat
a.
Menurut
Lachman industri III. Hal. 1300
Zat
anti bakteri dalam konsentrasi bakteriostatik harus dimasukkan dalam formulasi
produk yang dikemas vial dosis ganda seringkali dimasukkan dalam formulasi yang
akan disterilkan dengan proses mengenal atau dibuat secara aseptis.
b.
Menurut Ansel, Hal. 409
USP menginginkan zat-zat yang sesuai dalam sediaan resmi
yang digunakan sebagai obat suntik untuk tujuan meningkatkan kestabilan atau
kegunaan, asalkan tidak dikurang sesuai yang tercantum dalam manografi
masing-masing tidak berbahaya dalam jumlah yang diberikan dan tidak menggangu
efek terapi sediaan senyawa penambahan adalah pengawat antimikroba, dapar,
penambah kelarutan, antioksidan dan zat-zat pembantu farmasi lainnya.
Persyaratan USP adalah suatu atau lebih senyawa sesuai
yang ditambahkan keproduk parenteral yang dikemas dalam wadah dosis ganda untuk
mecegah pertambahan mikroba tanpa mengindahkan cara sterilisasi yang digunakan.
c.
Menurut Prescription Pharmacy, Hal. 370
Methyl pareben dan propil paraben digunakan untuk
penempatkan formulasi farmasetik sebagai antimikroba.
d.
Menurut Parrot, Hal. 228
Untuk pengemasan sediaan injeksi dosis ganda vial, perlu
ditambahkan pengawet secukupnya untuk membunuh dan mencegah pertumbuhan
beberapa mikoorganisme untuk jenis iobarutanol, cresol dan pherol konsentrasi
yang digunakan 0,5 %
e.
Menurut Sediaan Farmasi Steril, Hal.
Salah satu hal yang perlu ditambahkan sebagai bahan
pembantu dalam pembuatan sediaan obat suntik adalah bahan yang ditambahkan
sebagai zat bakteriosida atau menghambat pertumbuhan bakteri dalam larutan obat
suntik.
Bahan antimikroba yang sering digunakan dalam sediaan
parenteral yaitu benzlkonium klorida (0,01%), chlorobutanol (0,25-0,5%).
3.
Aqua
Pro Injection
a.
Menurut Lacham III, Hal. 1294
Sejauh ini pembawa yang paling sering digunakan untuk
produk steril adalah air karena air merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh keunggulan
kualitas yang disyaratkan untuk penggunaan tersebut diuraikan dalam monografi
tentang air (water fro injection, USP).
b.
Menurut Ansel, Hal. 406
Pelarut yang paling sering digunakan pada pembuatan obat
suntik secara besar-besaran adalah air untuk obat suntik (water for injection,
USP) air ini dimurnikan dengan cara penyulingan atau osmosis terbalik (revense
osomosis) dan memenuhi standar yang sama dengan purifeid water, water for
injection, USP dan tidak boleh disyaratkan steril tetapi bebas pirogen.
c.
Menurut Parrot, Hal. 284
Water for injection, USP digunakan persterilisasian
setelah mencampurkan semua yang terkandung water for injection disimpan pada
suhu kira-kira diatas pertumbuahan bakteri. Air tersebut tidak mengandung
pirogen (penghasil demam) dan produk metabolitnya menimbulkan mikoorganisme.
d.
Menurut Sediaan Farmasi Steril, Hal. 86
Air merupakan pelarut dan pembawa yang paling banyak
digunakan pada pembuat sediaan obat suntik. Menurut beberapa farmakope secara
khusus menguraikan tentang air sebagai pelarut dan pembawa untuk sediaan obat
suntik.
“AQUA PRO INJECTION” pada umumnya adalah air suling
meskipun ada beberapa farmakope menggunakan air yang suling dua kali (AQUA
DESTILLATA) pada pembuatan obat suntik.
IV.
Uraian
Bahan
1. Dypenhidramin
HCl
Nama Resmi : DYPENHIDRAMIN
HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Dypenhidramin HCl
Rumus Molekul : C17H21NO.
HCl
Berat Molekul : 291,82
Pemerian : Serbuk hablur putih,
berbau, jika terkena cahaya perlahan-lahan warnya menjadi gelap. Larutannya
praktis Netral terhadap kertas lakmus P.
Rumus Bangun : H
C – O – CH2
H (CH2) + HCl
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol dan dalam kloroform P, agak
sukar larut dalam Bezen dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
(FI
Edisi III, Hal. 228)
K/P : Antihistamin
Dosis : Sekali 100 mg / Sehari 250 mg
Dosis Injeksi : 10
– 50 mg
(RPS,
Hal. 1126)
Incomp. : Dypenhidramin HCl (Ben edryl HCl) lambat laun menjadi gelap mudah
larut dalam air, dalam alkohol dan dalam larutan netral. Akan mengendap dengan
alkali dan incom dengan ion clorida.
(Scoville’s,
Hal. 500)
Telah
dilaporkan incom dengan ampotenisin, Na. Cepalotin, Na. Hidrokartison suksinar,
sedikit laruatan barbiturat, beberapa tempat yang tidak cocok dalam laruatan
asam dan basa.
(Martindalle,
Hal. 452)
2.
Na. Benzoat
Monografi
Nama Resmi : NATRII BENZOAT
Nama Lain : sodium benzoat, benzoat fo soda, sodium benzoat acid
Rumus Molekul : C7H5NO2
Pemerian : Granul putih, atau cristalme, bersifat higroskopik dalam bentuk
serbuknya, tidak berbau atau memiliki bau seperti benzoatnya, memiliki rasa
yang tidak manis dan rasa saile
Sifat Fisika Kimia
Stabilitas : Larutan berairnya mungkin harus
disterilisasi dengan autoclaf atau filtrasi
pH : 8,0
Osmolalitas : 2,25% w/v aquadest solukan 150 – osmotik
Kelarutan : Larut dalam 18 bagian air, larut dalam 1,4
bagaian air pada suhu 100 oC
K/P : Antimikroba presevative
(Excipient,
Hal. 603)
Incomp. : Incomp dengan komponen guarter, gelatin, garam feri, garam
kalsium dan garam dari heavy metalis termasuk silver, leab dan menty. Activitas
preservative mungkin jarang jika berinteraksi dengan kaolin ataupun sufaktan
non ionik.
(Excipient,
Hal. 603)
3.
Aqua pro injection
Nama Resmi : AQUA
PRO INJECTION
Nama Lain : Aqua pro injeksi
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Wadah : Dalam wadah tertutup kedap, disimpan dalam wadah tertutup kapas
berlemak, harus digunakan dalam waktu 30 hari setalah pembuatan
(FI
Edisi III, Hal. 97)
Kestabilan : Stabil secara kimia dalam bentuk fisika bagian dingan cairan uap
(Excipient,
Hal. 337)
Incomp : Bereaksi dengan obat dan bahan tambahan yang
mudah terhidrolisis (terurai karena adanya air) atau kelembaban pada suhu
tinggi, bereaksi kuat dengan logam alkali
(Excipient,
Hal. 338)
V.
Farmakologi
1.
Dypenhidramin HCl
Mekanisme Kerja
Antagonis terhadap histamin AH,
menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermaca-macam otot
polos, selain itu AH bermanfaat untuk mengubah reaksi hipersensivitas atau
keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen berlebih dan otot polos
(usus bronkus). Bronkokontriksi akibat histamin dapat di hambat oleh AH.
(FATER, Hal. 278)
Antihistamin (H. Blokers) memblokir
reseptor H dengan menyaring histamin pada reseptornya, diotot lisin dan dinding
pembuluh dengan saluran cerna kandung kemih dan rahim terhadap efek histamin
pada kapiler.
(OOP, Hal. 776)
Farmakokinetik
Setelah pemberian oral atau
parenteral. AH diabsorbsi secara baik efeknya timbul 15 – 30 menit setelah
pemberian oral dan maksimal setelah 1 – 2 jam lama kerja AH generasi I setalah
pemberian dosis tinggi umumnya 4 – 6 jam. Sedangkan beberapa derivat piperazin
setelah meklisir dan hidrosiklin memiliki masa kerja yang lebih panjang,
seperti umumnya antihistamin generasi II. Dypenhidramin yang diberikan secara
oral dan mencapai kadar maksimum dalam darah setelah kira-kira 2 jam menetap
pada kadar tersebut untuk 2 jam berikutnya. Kemudian di eliminasi dari masa
paruh kurang lebih 4 jam. Kadar tertinggi terhadap paripan sedangkan pada limfa
ginjal otot dan kulit kadarnya lebih rendah
Indikasi
Antihistamin dengan efek kolinergik antifusif,
antirematik dan efek sedatif.
(RPS 18 th, Hal. 1126)
VI.
Perhitungan
Bahan
Tiap 10
ml voleme penambahannya untuk larutan 10 ml = 0,5 ml
10 ml + 0,5 ml = 10,5 ml
1. Dypenhidramin
Per vial (10 ml) =
50 mg
=
5 % x 0,5 ml
=
5%/100 x 0,5
=
0,025 gram
=
25 mg
Jadi, 50 mg + 25 mg = 75 mg
Per batch =
5 x 75 mg = 375 mg
2.
Na.
Benzoat 0,5 %
Per vial =
0,5/100 x 10,5 ml = 0,0525 gram
=
52,5 mg
Per batch =
5 x 52,5 mg = 262,5 mg
3.
Aqua
Pro Injeksi
Per vial ad 10 ml =
10,5 ml
Per batch ad 50 ml =
50,5 ml
Karena volume penambahannya 0,5 ml
Perhitungan Catallyne
Gram /
100 ml = [ F - % b/v . K ] . M’
M F’
Dik ;
F = 0,031
% b/v = 3 %
BM HCl =
291,82
Fraksi
disosiai dypen. = 2
BM NaCl = 58,5
Dypenhidramin
HCl 500 mg
Gram/100 ml = [ (0,031 –
3% . 2) ] . 58,5
291,82 2
= [
0,031 – 0,034 ] . 29,25
= -
0,08775 (Hipertonis)
Natrium
Benzoat
Gram/100 ml = [ (0,031 –
0,5% . 2) ] . 58,5
144,5 2
= [
0,031 – 0,00694 ] . 29,25
= -
0,703
Jadi,
Dypenhidramin HCl + Natrium Benzoat
=
- 0,08775 + 0,703
VII.
Cara
Kerja
A.
Sterilisasi alat dan bahan
1. Cara membebaskan sufaktan tutup karet dengan cara
mendidihkan dalam larutan Na. Carbonat 2 % selama 15 menit yang mengandung
diterjen seperti dietil, sodium, sulfur suksinat (aerosol) atau sediaan lain
sulfaktan
2. Alat-alat gelas dibebas lemakkan dengan direndam HCl 0,1
N pada suhu 20 oC selama 30 menit lalu dibilas dengan aqua pro
injeksi kemudian keringkan
B.
Penimbangan
1. Dypenhidramin HCl dan Na. Benzoat masing-masing digerus
halus
2. Ditimbang dypenhidramin HCl dan Na. Benzoat
C.
Pencampuran
1. Dilarutkan Na. Benzoat dengan air ad 2 ml
2. Dypenhidramin HCl dilarutkan dalam aqua pro injeksi 15 ml
lalu ditambahkan Na. Benzoat ad 7,4 (pHnya)
3. Volumenya dicukupkan dengan aqua pro injeksi ad 10 ml
dalam erlenmeyer
D.
Pewadahan
1. Larutkan injeksi dimasukkan dalam vial menggunakan broot
sebanyal 10 ml
2. Sediaan steril dimasukkan kedalam autoclaf pada suhu 121 oC
salam 15 menit
3. Vial diberi etiket dan dimasukkan kedalam kemasan dan
diberi etiket.
VIII. Etiket
IX. Brosur
X. Kemasan
Daftar Pustaka
Alfoso R.G. 1980. “Rennigton’s
Pharmaceutical Science Edisi 18”. Mark Publising Company Eston: Pennyslavania
Ansel. 2007. “The eva Pharmacope ad 23
th The Pharmaceutical Press: London Tiran 1983”. Pharmaceutical Exipient,
American Pharmaceutical Ascoctation
Dirjen POM. 1979.
“Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes RI: Jakarta
................. 1998. “Farmakope Indonesia Edisi IV”. Depkes
RI: Jakarta
Ganiswara. C. Sulistyo. 1945.
“Farmakope dan Terapi Edisi V”. Depkes RI: Jakarta
Grover. J. Michael.
1985. “Parenteral Techologi Manual”. Intercharm: USA
Haward. C. Ansel. 1989. “Penghantar
Bentuk Sediaan Farmasi”. UI Press: Jakarta
Hoan. Tjay. Tan dan Kirana Rahardja.
2002. “Obat-Obat Penting Edisi V”. Gramedia: Indonesia
Kibble. H. Artilur. 2008. “The
Pharmaceutical of Excipient ed. V”. Pennyslvania: USA
Lachman. Leon. 1994. “ Teori dan
Praktek Farmasi Industri III”. UI Press: Jakarta
Rahman. Latif dan Natsir Djide.
2009. “ Sediaan Farmasi Steril” UNHAS: Makassar
Rexhold. C.F.
James. 1982. “Martindalle 28th”. London
Salyoren. T. Robert. 1971. “Steril
Dosage Form”. Greek Britoin Heny. Bampton Published: London
Scoville’s. 1987. “The art of
Company ad-9”. The graw all book company: London
Syamsuni. 2005.
“Ilmu Resep”. EGC: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar